Jumat, 07 Oktober 2011

Fast Track: Peluang dan Tantangan


Setelah sekian lama menunggu dengan harap-harap cemas akhirnya kejelasan itu mulai nampak. Yang saya maksud tentu saja tentang program beasiswa Fast Track yang saya ikuti. Sampai seminggu yang lalu belum jelas saya diterima dalam program itu atau tidak. Kabar angin sih ada, tapi tidak mantap rasanya jika tidak melihat sendiri hitam di atas putih. Dan akhirnya, senin yang lalu pengumuman resmi itu pun ditempel. Hmm… senang rasanya melihat nama saya tercantum bersama 9 teman seangkatan saya yang lain, paling tidak, mulai saat itu, dalam beberapa hal, kami akan menjadi “senasib seperjuangan”. 
Memang tidak semua mahasiswa di jurusan saya yang mendaftar program itu diterima. Untuk itu, bagi mereka yang tidak diterima, tetap semangat! Pasti ada hikmah di balik semuanya. Kata orang sih “rejeki tidak kemana :p”.
Mendapatkan beasiswa itu memang merupakan peluang yang sangat menjanjikan menurut saya. Paling tidak, program tersebut memberikan peluang bagi kami untuk menempuh perkuliahan S1 dan S2 selama 5 tahun saja, dari yang normalnya 6 tahun. Dan tanpa biaya pula J. Bahkan lebih dari itu, kesempatan untuk melanjutkan studi doktoral (S3) di luar negeri pun - dalam hal ini di Jerman bagi saya dan ketujuh teman saya (Aris, Holilah, Ika, Aprina, Nia, Ita dan Anes) serta Perancis bagi 2 teman saya yang lain (Akda dan Zjahra)-  juga terbuka. Semuanya dalam rangka Program Fast Track. Karena memang, program ini bertujuan untuk menciptakan 5000 orang doktor dalam 5 tahun. Hmmm… indah rasanya jika membayangkan semua itu…


Tapi apakah semua menjadi semudah itu, kuliah S1 dan S2, kemudian melanjutkan studi ke Jerman atau Perancis? Tunggu dulu, tidak semudah itu! Justru semua ini baru permulaan dari sebuah tantangan yang lebih besar!

Babak baru, baru saja kami lalui siang tadi, dimana saya dan teman-teman harus malakukan ekivalensi 4 sks mata kuliah S1 dan mengambil 6 sks mata kuliah S2 untuk semester ini. Dan minggu depan, kami harus mengikuti kuliah itu! :o. Kalau masalah akivalensi sih insyaallah tak ada masalah, toh kami sudah mengambil mata kuliah itu sebelumnya, yang perlu diperhatikan ekstra adalah 6 sks mata kuliah S2. Apalagi di sini saya harus mengambil spektroskopi lanjutan yang terus terang mengkhawatirkan bagi saya. Betapa tidak, saya memiliki sejarah kelam dengan 2 mata kuliah yang berhubungan dengan ini sebelumnya (struktur atom dan spektroskopi atom). Hm.. apapun itu, semuanya harus dihadapi dengan pikiran positif dan penuh semangat.
 
Hanya itu tantangannya? Tentu tidak. Masalah bahasa juga harus kami pertimbangkan. Persyaratan utama bagi Fast Track Jerman maupun Perancis yakni harus memiliki skor TOEFL 530 (jika tidak salah sih, apa 550 y?). Hmmm… masalah tersendiri bagi kami-kami yang bahasa Inggrisnya pas-pasan. Kursus bahas Inggris? Wajib!


Selain bahasa Inggris, bahasa negara tujuan juga sangat penting. Gak lucu kan jika kita ke luar negeri tapi buta bahasa meraka. Bisa-bisa tiap hari pake bahasa isyarat :o. Jika perginya sekedar untuk jalan-jalan sih tak masalah, tapi jika untuk hidup disana,… hmm. Mungkin bagi mahasiswa yang mendapatkan Fast Track Jerman relatif lebih ringan karena bisa mempersiapkan bahasa Jermannya selama 2 tahun, tapi bagi yang Perancis, harus cukup satu tahun. Jadi, kursus bahasa Jerman atau Perancis? Fardhu ‘ain lah!

Sebenarnya jika dipikirkan masih banyak hal-hal yang mesti kami perhatikan dan persiapkan betul untuk mengikuti program ini. Magang, memikirkan topik penelitian selanjutnya di S2, cari profesor.. huhff….  

Tapi semuanya lebih baik dijalani seperti biasa. Tidak dipikir terlalu berat, tapi tetap diperhatikan. Karena memang, seiring dengan datangnya peluang maka akan ada tantangan pula yang menyusulnya. Tugas kita adalah untuk mempersiapkan diri agar bisa menghadapi tantangan itu dengan baik.

Tetap semangat teman-temanku…
Ingat, Dr dan Dr.rer.nat..!! :p

1 komentar: